Ikan tuna merupakan salah satu ikan ekonomis penting di dunia dengan harga yang relatif tinggi. Permintaan dunia akan ikan ini terus meningkat terutama untuk tujuan Jepang sehingga aktifitas penangkapan terus meningkat.
Dampak dari penangkapan ini mulai terlihat dengan terjadinya penurunan hasil tangkapan dan bahkan penurunan bobot per ekor ikan yang tertangkap. Ini merupakan salah satu indikasi telah terjadinya penurunan populasi tuna di alam oleh akibat lebih tangkap. Sementara teknologi perbenihan belum berkembang. Jepang sebagai pioneer dalam perbenihan ikan tuna baru berhasil dalam penelitian skala laboratorium.
Pemerintah Jepang berpendapat bahwa Indonesia bertanggung jawab atas kelangsungan perikanan tuna dunia karena Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor ikan tuna terbesar dunia. Untuk itu perlu dilakukan studi tentang perbenihan ikan tuna di wilayah perairan tropis.
Tahun 2001, pemerintah Indonesia Jepang sepakat menandatangani perjanjian kerjasama riset dalam bentuk Proyek Riset Perbenihan ikan tuna sirip kuning (T. albacares) yang dilaksanakan di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol, Bali. Pada tahun 2003, proyek kerjasama ini telah berhasil dalam mengembangkan teknik penangkapan, transportasi dan aklimasi calon induk. ikan tuna. Keberhasilan ini diikuti dengan pengembangan teknik pembesaran dan pemijahan induk ikan tuna sirip kuning.